Oleh Runik Sri Astuti
Sinar matahari terik di Jumat (16/7) siang di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Di desa yang setiap tahun ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah inilah, Pemerintah Kabupaten Kediri berencana mendirikan museum atau tempat menyimpan benda purbakala peninggalan nenek moyang.
Kepala Bidang Pemberitaan Humas Pemkab Kediri Edhi Purwanto mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan lahan seluas 10 hektar di Desa Menang saat ini. Lokasinya tidak jauh dari kompleks Petilasan Sri Aji Joyoboyo yang di dalamnya terdapat pendapa, lokasi moksa Sang Prabu dan sendang atau pemandian.
"Lokasi persisnya ya di tanah kosong sekitar petilasan, yang saat ini masih dikelola masyarakat dengan ditanami berbagai tanaman komoditas pertanian seperti cabai, jagung, dan padi," ujarnya memberikan gambaran lokasi museum kelak.
Jika tidak ada halangan, lanjut Edhi, proyek pembangunan dilakukan bertahap dan dimulai pada 2011. Setelah menetapkan lokasi, pemerintah akan menyiapkan desain bangunan. "Untuk menentukan desain arsitektur yang tepat untuk bangunan museum, Pemkab Kediri bekerja sama dengan Desain Arsitektur Universitas Gadjah Mada Yogyakarta," katanya.
Sesuai dengan keinginan Pemkab Kediri, di atas lahan seluas 10 hektar itu nantinya tidak hanya berdiri sebuah bangunan museum, melainkan kompleks wisata budaya.
Benda bersejarah
Apa yang mendasari pembangunan museum di Kabupaten Kediri serta mengapa ide itu harus direalisasikan sekarang, setelah 10 tahun Bupati Sutrisno berkuasa? Apalagi Sutrisno akan berakhir jabatannya sebagai bupati pada Agustus mendatang.
Berdasarkan data Dinas Periwisata Kabupaten Kediri dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur, jumlah benda bersejarah yang ditemukan di Kediri sepanjang 1988-2003 mencapai 378. Bentuknya beragam mulai dari arca, guci, mangkuk, batu relief, batu candi, gandik, lingga, yoni, miniatur candi, sampai perhiasan emas zaman kerajaan dan lempengan emas kuno.
Sayangnya kondisinya mengenaskan. Benda-benda purbakala itu bahkan sebagian besar terpaksa disimpan di luar daerah, di rumah-rumah penduduk, dan di balai desa.
Hanya sebagian kecil yang disimpan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri. Itu pun tempat penyimpanannya tidak representatif. Benda-benda itu hanya digeletakkan begitu saja di sebuah ruang mirip gudang di belakang gedung DPRD Kabupaten Kediri.
Sejak tahun 2005 sampai 2009, banyak ditemukan benda purbakala baru, seperti situs Patirtan Jala Dwara di Desa Sukorejo yang kemudian disimpan di Museum Mpu Tantular Surabaya.
Pada tahun 2008, kembali ditemukan sedikitnya 12 benda bersejarah dari Situs Tondowongso di Desa Tondowongso. Keseluruhan benda tersebut sekarang disimpan di Museum Trowulan.
Selanjutnya tahun 2008, kembali ditemukan sedikitnya tujuh benda bersejarah di Desa Sumbercangkring. Benda-benda itu juga ditaruh begitu saja di gudang Pemkab. Data terbaru tahun 2009, masyarakat Desa Semen, Kecamatan Pagu, menemukan sebuah situs yang di dalamnya terdapat beragam benda purbakala seperti arca berikut fragmen-fragmen.
Berangkat dari fakta itulah, niat pemerintah membangun museum harus dihargai walaupun langkah tersebut sangat terlambat. Namun, membangun museum saja juga tidak cukup, tanpa ada niat untuk melestarikan barang-barang purbakala peninggalan nenek moyang itu. Jangan sampai bangunan museum tak lebih dari sebuah gudang penyimpanan barang bekas.
(Kompas edisi Jawa Timur, Sabtu, 17 Juli 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar