Kompas Jogja, Senin, 30 Agustus 2010 - Tidak seperti kebanyakan museum yang sepi, kunjungan ke Museum Gunungapi Merapi mencapai ribuan orang per bulan. Tiket murah, potongan harga jika datang berombongan, dan masih barunya museum menumbuhkan minat pengunjung.
"Target pengunjung museum 4.500 orang per bulan. Realisasinya ternyata di atas angka tersebut. Pernah 8.600 pengunjung, Juli lalu. Hampir dua kali lipat," ujar Sumantri, Kepala Museum Gunungapi Merapi, Sabtu (28/8).
Tiket masuk ke museum yang diresmikan Oktober 2009 dan dibuka penuh Januari lalu Rp 3.000 per orang. Jika datang berombongan 100 orang, diberi potongan harga 50 persen. Cara itu terbukti ampuh menjaring pengunjung yang 60 persen adalah pelajar dan mahasiswa, baik luar maupun dalam provinsi.
"Untuk harga tiket Rp 3.000 ini, ya, harga tiket perkenalan. Belum bisa menutup biaya operasi. Namun, kami belum tahu berapa harga tiket yang nanti diatur dalam perda retribusi kawasan wisata tahun depan," katanya.
Kenaikan harga tiket dipastikan masih terjangkau. Sebab museum yang dibangun Pemprov DIY dan Pemkab Sleman itu dimaksudkan sebagai sarana pendidikan. Tahun depan, sejumlah rencana siap direalisasikan untuk menambah nilai jual museum.
Salah satunya, membangun bioskop mini dan menambah sejumlah alat peraga dinamis. Direncanakan pula pembukaan kafe, restoran, toko suvenir, baik memanfaatkan ruangan dalam museum atau di halaman. Agenda aktraksi wisata dijadwalkan rutin.
"Bioskop mini kami rasa perlu. Pengunjung bisa nonton film animasi hingga film dokumenter tentang kegunungapian. Penambahan materi isi museum juga, misalnya seismograf pencatat gempa vulkanis. Kami ingin museum ini tak hanya jadi museum, tapi juga tempat wisata, ruang publik, hingga tempat diskusi," ujarnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Saleh yang mengunjungi museum itu, Sabtu lalu, salut melihat angka kunjungan. "Jika sudah ramai, urusan transportasi bisa selesai," katanya.
Museum terletak di Dusun Banten, Hargobinangun, Pakem, yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari Jalan Kaliurang Km 21. Belum ada transportasi ke museum.
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X berharap, museum benar-benar bisa untuk pembelajaran sekaligus pusat studi geologi dan vulkanologi. "Museum ini bisa untuk pembelajaran bahwa alam dan Gunung Merapi menyatu dengan warga," kata Sultan. (PRA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar