Jakarta (Bali Post)- Tahun Kunjungan Museum yang juga dikenal dengan Visit Museum Year (VMY) yang dicanangkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata merupakan upaya pengembangan pengetahuan serta pembangunan kebudayaan bangsa. Program yang merupakan kelanjutan dari Visit Indonesia Year 2009 ini bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, baik dalam maupun luar negeri, melainkan juga sebagai sarana guna lebih menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian seni-budaya bangsa.
''Di samping itu, VIY 2010 yang dicanangkan pada 30 Desember 2009 lalu juga dapat menjadi wahana penguat program revitalisasi museum. Dengan menggelar aneka program yang dibarengi dengan mereposisi museum, diharapkan gairah masyarakat berkunjung ke museum semakin meningkat, sehingga museum menjadi lebih semarak dan hidup dalam pengelolaannya," ungkap Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.
Menurutnya, Tahun Kunjungan Museum 2010 merupakan momentum awal untuk memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang dilaksanakan selama lima tahun ke depan (2010-2014). Salah satu dari kegiatan dalam program GNCM yakni revitalisasi museum yang bertujuan mewujudkan museum Indonesia yang dinamis dan berdaya guna sesuai dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum.
Sadangkan Ketua IV Asosiasi Museum Indonesia yang membidangi Informasi, Komunikasi dan Publikasi, Putu Supadma Rudana, MBA, menyebutkan, peran museum, terlebih di era kompetisi global ini, boleh dikata amatlah strategis. Museum bukan hanya sebagai wadah untuk menyimpan berbagai hasil karya manusia yang sarat dengan muatan sejarah dan estetika, melainkan juga bisa diolah menjadi suatu laboratorium kebudayaan, di mana para ahli serta generasi muda mampu mengembangkan aneka gagasan yang kreatif berdasarkan beragam karya peninggalan para leluhur yang sungguh adiluhung itu. ''Dengan kata lain, museum dapat menjadi center of excellent, suatu wahana pembelajaran yang penting bagi semua pihak,'' tegasnya.
Putu Supadma Rudana (PSR) juga salut dan bangganya kepada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang mencanangkan suatu program yang amat strategis ini. ''Penghargaan yang sebesarnya juga saya tujukan kepada Menbudpar yang berkenan menerima gagasan dari semua pihak demi turut bersama-sama membangun kebudayaan bangsa yang unggul dan luhur,'' tambah Managing Director of Museum Rudana ini.
''Apa yang dilakukan oleh Budpar sungguh tepat. Di tengah percepatan perubahan ini, perubahan masyarakat akan museum telah terasa makin kuat dalam kehidupan masyarakat. Museum kini memperoleh tantangan dan juga persaingan dari media-media lain, terutama terkait bagaimana masyarakat mengisi waktu luangnya. Pendeknya, dapatlah disimpulkan bahwa museum kini mulai ditinggalkan, bahkan juga tak dianggap mewakili kekinian kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, selayaknya museum mulai mengembangkan suatu pola pengelolaan yang berbasis quality oriented, bukan quantity oriented. Yang mesti ditingkatkan adalah mutu dan kualitas, baik dari sisi infrastruktur serta sarana dan prasarana maupun program kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian, giliran berikutnya, masyarakat akan jadi lebih tertarik mendatangi museum, yang kemudian dapat meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat,'' kata Putu Rudana.
Boleh dikata, jauh sebelum pemerintah mencanangkan Tahun Kunjungan Museum 2010, Museum Rudana yang dipimpinnya telah berulang mengadakan sebagai event seni budaya yang menegaskan bahwa museum dapat pula menjadi wadah aktivitas yang turut menggelorakan upaya-upaya pencapaian seni yang memiliki semangat kekinian, sekaligus tanpa tercerabut dari akal kultur warisan leluhur.
Adapun kegiatan yang telah digelar sebelumnya adalah Lomba Esai Populer 2009 yang bertemakan ''Harapan Masyarakat Indonesia terhadap Pemimpin Masa Depan Indonesia'', berbagai pameran dan pergelaran seni budaya, hingga Pesamuan Budaya, suatu program diskusi yang membahas berbagai masalah di seputar kebudayaan dan kepariwisataan Bali.
''Dalam acara Pesamuan Budaya, selain menghadirkan berbagai narasumber yang memiliki visi yang luar biasa dalam bidang kebudayaan dan pariwisata, semisal Mantan Menparpostel, Joop Ave, serta guru besar Universitas Gadjah Mada, Prof. Wiendu Nuryanti, kami juga melibatkan para akademisi serta pemerhati budaya di Bali yang tentunya memiliki tujuan serta harapan yang besar bagi tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Bali,'' papar PSR.
Dia menambahkan bahwa Museum Rudana juga mempunyai misi untuk terus mendorong generasi muda untuk senantiasa memiliki budaya kritis dan kreatif, yang pada giliran selanjutnya dapat turut berdiskusi bersama dan saling bertukar gagasan demi terwujudnya tatanan kehidupan seni-budaya Bali.
''Tentu saja, apa yang kita lakukan ini memerlukan suatu sinergi yang menyeluruh, baik antara museum, para pelaku kebudayaan, maupun juga pemerintah. Kita pun tak boleh mengabaikan peran penting media, yang kini bukan hanya semata sebagai sarana penyebaran informasi, melainkan juga memiliki misi penting dalam pembangunan pekerti dan karakter bangsa (nation and character building),'' tegas Putu Rudana yang baru-baru ini menerbitkan sebuah buku bertajuk ''Menuju Visi Sempurna'', sebuah wujud sinergi yang dilakukannya dengan berbagai media lokal, nasional maupun internasional terkait visinya tentang seni-budaya bangsa. (kmb/*)
(balipost.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar